Unit 7: Moses and the Pharoah
Musa dan Firaun
Moses and the Pharoah
Musa dan Firaun
"The Egyptians believed that their king was superhuman.
"Bangsa Mesir percaya bahwa raja mereka adalah manusia super.
As a god, he was irresistible on the battlefield and could slay hundreds of enemies at a stroke all by himself.
Sebagai seorang dewa, dia tidak terkalahkan di medan perang dan seorang diri bisa membantai ratusan musuh sekali tebas.
"'His eyes scrutinised the depth of every living being' Nothing is impossible for him."
"Matanya menjenguk isi hati terdalam dari setiap makhluk hidup. Tidak ada yang mustahil baginya".
"Everything which he ordains comes about".'
Semua yang diperkirakannya pasti terjadi".
"Because the whole world depends upon him his health is all important."
"Karena seluruh dunia bergantung kepadanya maka kesehatannya menjadi sangat penting".
Moses' rod had a special significance for it attacked the Pharaoh in the most alarming manner by threatening his personal health along with that of the whole of Egypt in its entire dependence upon his continued health and wellbeing.
Tongkat Musa memiliki kegunaan luar biasa karena menyerang Firaun melalui cara yang paling menggemparkan dengan mengancam kesehatan pribadinya dan beserta seluruh Mesir karena mereka sepenuhnya bergantung pada kesehatan dan keberadaannya yang baik.
The dread disease of leprosy threatened the Pharaoh's health in his own court.
Ancaman mematikan berupa penyakit kusta mengancam kesehatan Firaun di dalam pelataran istananya.
There were measures designed to ensure protection under all circumstances, to which leprosy within the court ran completely counter.
Ada langkah-langkah yang diambil untuk memastikan perlindungan dalam semua keadaan sehingga penyakit kusta yang ada di pelataran istananya bisa ditaklukan sepenuhnya.
A prime measure of protection lay in the fact that "the god-king required complete and abject self-humiliation of his subjects.
Langkah utama dari perlindungan ini terletak pada kenyataan bahwa "dewa-raja itu membutuhkan kerendahan hati yang mutlak dan tulus dari rakyatnya.
A person approaching the Pharaoh threw himself on the floor, smelling the earth, crawling on the ground invoking this Perfect God and exalting his beauty".
Seseorang yang mendekati Firaun akan merebahkan dirinya di lantai, mencium tanah, merangkak di permukaan tanah sambil meninggikan Dewa yang Sempurna ini dan memuja-muji keelokannya".
Again, the rod that became a serpent was a real danger, for the serpent had a special significance.
Lagi, tongkat yang berubah menjadi ular adalah sebuah bahaya nyata karena ular memiliki arti istimewa.
Many cattle died from the bite of the serpent when grain was being threshed in Egypt:
Banyak ternak mati karena gigitan ular ketika jelai sedang diayak di Mesir:
"At harvest time the (god) king had the duty of performing the magic ceremony of protecting from serpents the cattle used in threshing...”
"Di masa panen, sang (dewa) raja bertugas menjalankan upacara gaib untuk melindungi ternak yang digunakan untuk mengayak dari serangan ular ..."
The cow was worshiped in Egypt, and not only as a source of food, but as the sky, the celestial mother and wife of the sun.
Sapi dipuja di Mesir dan bukan hanya sebagai sumber makanan namun sebagai langit, ibu sorgawi dan istri dari matahari.
The cow-god Hathor, 'which is the sky', watched over the underworld of the dead and nourished the Pharaoh with milk....
Dewa-sapi Hathor, "yang adalah langit", mengawasi dunia orang mati dan menyehatkan Firaun dengan susu ...
And, of course, he was responsible for the annual Nile flood as well as the other weather phenomena.
Dan tentu saja, dia bertanggung jawab atas banjir tahunan sungai Nil dan atas kejadian alam lainnya.
He had many powers and much responsibility."
Dia sangat berkuasa dan memiliki tanggung jawab yang tidak terhitung banyaknya."