Stage 4: Wider reading Tahap 4: Bacaan yang lebih luas

Unit 3: Early Days at Jindalee

Hari-hari Awal di Jindalee

Early Days at Jindalee

Hari-hari Awal di Jindalee

Excerpt from a biography “Memorial to Joan Gates”

Penggalan dari biografi "Memorial of Joan Gates".

To begin, Mary Dawson came to Australia with her father and sister on the sailing ship, the Canton, and settled at Camden, NSW.

Sebagai permulaan, Mary Dawson datang ke Australia bersama dengan ayah dan saudara perempuannya dengan menumpang sebuah kapal layar, Canton, dan berdiam di Camden, NSW.

Mary was born at Wellsley, England, 12th August, 1815, died 13th April, 1892, at Jindalee.

Mary dilahirkan di Wellsley, Inggris, pada 12 Agustus 1815 dan meninggal pada 13 April 1892 di Jindalee.

She married William Coker.

Dia menikahi William Coker.

They had a farm near Camden, and had two children, Henry and Francis.

Mereka memiliki lahan pertanian di dekat Camden dan dikaruniai dua orang putra, Henry dan Francis.

Unfortunately, William died when he was only 36, so Mary ran the farm.

Sayangnya, William meninggal ketika baru berusia 36 tahun sehingga Mary yang harus mengelola lahan itu.

The next farm to her was owned by Thomas Hobbs, who was a widower with three children.

Lahan di sebelahnya dimiliki oleh Thomas Hobbs, seorang duda dengan tiga orang anak.

Mary and Thomas married, making 5 children, and then they had 5 more children.

Mary dan Thomas menikah, menyatukan 5 orang anak dari pernikahan mereka yang sebelumnya dan kemudian dikaruniai 5 orang anak lagi.

The other children from that marriage were Eva, Florence, Mary, Oliver, and Ted.

Anak-anak lain hasil dari pernikahan itu adalah Eva, Florence, Mary, Oliver dan Ted.

Thomas died and soon after, Mary decided to go further afield to take up more land.

Thomaspun meninggal dan tidak lama kemudian, Mary memutuskan untuk pergi demi mendapat lahan yang lebih luas.

So Mrs Hobbs with her family of 10 children plus their belongings, set off in covered wagons, with the chickens and ducks slung underneath in canvas sheets, all with them.

Jadi Ny. Hobbs beserta keluarga yang terdiri dari 10 orang anak beserta barang bawaan mereka, pergi dalam kereta tertutup. Semua ayam dan bebek peliharaan mereka juga dibawa dan terikat di bawah lantai kanvas.

The shafts of the wagon were hollowed down the centre, so that the sovereigns could be placed there and be safe from bushrangers.

Tongkat pengendali kereta itu berlubang di tengahnya sehingga semua barang berharga bisa disembunyikan di dalamnya dan aman dari sergapan para perampok.

After many days they arrived at a lovely green valley.

Setelah berhari-hari, mereka tiba di sebuah lembah hijau yang indah.

They camped there, and Henry Coker, who would have been 21 years of age, rode by horseback as far as what is now known as Gundagai but could not find country better than that of the Jindalee valley.

Mereka berkemah di sana dan Henry Coker, yang berusia 21 tahun, menunggang kuda hingga ke daerah yang sekarang dikenal sebagai Gundagai namun tidak bisa menjumpai lahan yang sebaik lembah Jindalee.

So they settled there, building a home and opening a shop to serve the men building the railway line from Goulburn to Junee.

Jadi mereka berdiam di sana, membangun rumah dan membuka toko untuk melayani orang-orang yang membangun jalur rel dari Goulburn ke Junee.

Mrs. Hobbs , was my great Grandma‏ ‏Hobbs

Ny. Hobbs adalah nenek buyut saya.

Being a staunch Methodist, she held services in her home, and about every 6 weeks the Methodist minister from Young would ride over and stay a few days, visiting the settlers round about.

Sebagai seorang Metodis yang taat, dia mengadakan kebaktian di rumahnya dan kira-kira setiap 6 minggu sekali, pendeta Metodis dari Young akan berkunjung dan tinggal untuk beberapa hari, menjenguk para pemukim di sekitar sana.

When they settled, Grandma planted fruit trees, and there are still a few pears and a mulberry alive.

Ketika mereka bermukim, Nenek menanam pepohonan buah dan masih ada beberapa pohon pir dan sebuah pohon mulberi yang masih bertahan.

A brick home was built up on the hill behind them.

Sebuah rumah bata dibangun di atas bukit di belakangnya.

The bricks were made and baked on the property.

Batu bata itu dibentuk dan dibakar di lahan itu.

That home still stands and my father, inherited it.

Rumah itu masih berdiri dan ayahku yang mewarisinya.

Incidentally, I was born there.

Secara kebetulan, saya dilahirkan di sana.

It was decided to build a church as the services grew to large for the home.

Diputuskan untuk membangun sebuah gereja karena jemaat yang datang beribadah bertambah besar.

My great Grandma Hobbs gave the land for the Jindalee Methodist Church, built in 1875.

Nenek buyut Hobbs menghibahkan lahan itu untuk Jindalee Methodist Church yang dibangun pada 1875.

She also gave land, just next door, for a School which we all attended until we went to High School, in Cootamundra.

Dia juga menghibahkan lahan di sebelahnya untuk sebuah sekolah yang menjadi sekolah kami semua hingga kami pindah ke SMU di Cootamundra.

The Wards knew the Hobbs in Camden, but did not like them.

Keluarga Wards mengenal keluarga Hobbs di Camden namun mereka tidak menyukai keluarga itu.

However, Samuel Ward wanted some willow pieces to plant around their dam, so sent his son, Arthur Nash, to ask grandma for some pieces.

Meski demikian, Samuel Ward menginginkan beberapa potong willow untuk ditanam di sekitar bendungan mereka sehingga dia mengirim putranya, Arthur Nash, untuk meminta beberapa potong kepada Nenek.

Whilst there, he met Florence Hobbs and fell in love with her.

Ketika berada di sana, dia berjumpa dengan Florence Hobbs dan jatuh hati kepadanya.

Arthur sought permission to court her.

Arthur meminta izin untuk meminangnya.

Florence was blessed with golden, curly hair, so when they went out riding, he would say, "let your hair down, Flo".

Florence dikaruniai rambut emas yang ikal sehingga ketika mereka pergi berkuda, dia akan berkata, "biarkan rambutmu tergerai, Flo".

Arthur and Florence were married and built a pisé home at Gilgal.

Arthur dan Florence menikah dan membangun sebuah rumah bergaya Pise di Gilgal.